PULAU SERIBU MASJID - LOMBOK SERIES 2
(sebuah catatan perjalanan)
Perjalanan ke Pulau Lombok 2018 dengan backpacker adalah rencana suami yang ingin agar kami lebih bisa menikmati perjalanan, bahwa ada banyak pelajaran, salah satunya adalah ada banyak jalan untuk sampai pada tujuan, meski harus ditempuh dengan berjam-jam atau dengan berkali-kali ganti kendaraan, namun dengan terus fokus pada tujuan maka tentu akan sampai jua.
Di hari pertama, setelah rehat sejenak, sebenarnya masih ada Jetlag naik kapal laut. Masih ngerasa goyang-goyang. Tapi sangat disayangkan jika kami langsung pergi tidur malam itu. Akhirnya kami pun mengiyakan tawaran Putri untuk jalan-jalan ke Islamic Center Mataram.

Setelah mengikuti jama'ah sholat isya' kami berkeliling area Islamic Center tersebut. Kami menemukan ekskalator tangga yang seringkali hanya ditemukan di Mall-Mall. Kebetulan saat terang bulan, sangat jelas kami bisa melihat bulan purnama bersinar menyinari malam kami. Kami mendengar melalui speaker bahwa menara masjid buka sampai malam. Sehingga kami bisa menikmati keindahan Kota Mataram di Puncak menara di malam yang cerah itu. Setelah membeli tiket, kami bersama para pengunjung lainnya naik lift ke lantai belasan.
MasyaAllah kami bisa melihat dari atas ketinggian, binar lampu jalanan laksana bintang yang berkelipan.
Terlihat jelas bangunan Mataram Islamic Center secara penuh dari atas menara.
Sembari mengabadikan momen dan melihat begitu luasnya semesta. Rasanya begitu kerdil diri ini sebagai manusia. Tak berdaya tanpa Nya. Subhanallah Allahuakbar..
Kami kembali pulang kerumah Putri untuk menghimpun tenaga untuk perjalanan esok hari. Tujuan kami ke Gili Trawangan.
Sebelum subuh, kami sudah bangun untuk siap-siap. Setelah sholat, sarapan kami pun pamit untuk berangkat ke Gili Trawangan, alhamdulillah kami dapat dipinjami motor oleh Putri karena katanya tidak ada transportasi kesana. Kami sendiri tidak tau apa-apa. Sehingga bagi kami motoran menjadi pilihan terbaik. Kami pun berangkat naik motor menuju Gili trawangan melalui Pusuk yaitu daerah yang mirip Pujon, Kota Batu. Daerah hutan dataran tinggi yang banyak sekali monyet di kiri kanan jalan sepanjang perjalanan.
Perjalanan ke Gili Trawangan kami tempuh sekitar 30menit kemudian kami titipkan motor ditempat penitipan di Pelabuhan Bangsal tempat kami menyebrang ke Gili Trawangan.
Setelah memesan tiket ke Gili Trawangan, perahu kami siap berangkat. Gili Trawangan adalah pulau kecil yang terjauh dari pulau Lombok, karena ada tiga gili lainnya. Yang paling dekat Gili Air, dan yang ditengah-tengah adalah Gili Meno. Sekitar 15 menitan kami sampai di pelabuhan gili trawangan. Kami turun dari perahu, dan kesan pertama kami disambut pasir putih yang sangat lembut, dan air yang jernih.
Dan hampir sebagian besar wisatawan mancanegara terlihat lalu lalang di jalanan Gili trawangan. Disana tidak diperbolehkan kendaraan bermotor, sehingga hanya ada semacam delman dan persewaan sepeda.
Menuju penginapan yang sudah kami booking sebelumnya melalui aplikasi Online, kami menemukan Masjid Raya Gili Trawangan yang megah berwarna putih. Berada di tengah-tengah pusat keramaian Gili trawangan. Hal ini membuat kami tenang. Apalagi kami baru tau bahwa penginapan kami rupanya dekat sekali dengan masjid tersebut, sekitar 5 menit jalan. Setelah cek in dan menaruh barang-barang di penginapan, kami bergegas menuju ke meeting poin tempat kami reservasi Paket Snorkeling 3 Gili.
Yap, kami akan Snorkeling. Dengan tetap berpakaian syar'i tentunya. Dan Biia yang sebenarnya tidak bisa berenang. Pengalaman yang sangat mengasyikkan...
***
(to be continued)
Komentar
Posting Komentar