MAWAR DAN DURI DALAM ROMANSA KEHIDUPAN



360 hari pertama saat kami melalui detik demi detik bersama. Tidak terhitung berapa banyak bulir air mata jatuh. Tak terhitung berapa banyak bunga bermekaran.

Mengarungi hidup bersama orang asing yang tetiba muncul dalam kehidupan, sangat dibutuhkan seninya.
Seni saling berbagi, belajar mendengar, atau belajar mengekspresikan ketidak setujuan atau perbedaan pendapat.

Dramanya masih banyak, lebih-lebih aku yang membuatnya. Perempuan memang penuh drama, apalagi ketika mendekat fase bulanan. Sudah bisa dipastikan, berubah menjadi sangat sensitif, seolah-olah semua salah.
Bahkan hal yang sepele saja akan menjadi begitu besar.

Waktu itu entah mood bulanan datang, rasanya kepala penuh pikiran, entah apa yang dipikirkan. Sampai cemberut saja seharian. Dalam keadaan seperti itu, biia membiarkan ku, semakin terisaklah aku, semakin dicuekin, semakin emosilah jadinya.
Sudah larut malam, aku dorong pintu kamar sebelah, aku ambil baju dan berteriak 'aku pulang'.
Sembari menangis.
Melihatku seperti itu, biia langsung menenangkanku.
Sedikit pelukan saja sudah cukup membuatku tenang, sebaliknya, semakin dicuekin, semakin parahlah rasa gejolak emosi yang sedang menyerang.
Setelah tersadar dari emosi yang menyerang, aku merasa malu dengan sikap ku yang kekanak-kanakan.. Tapi entah bagaimana, aku seolah tak bisa membendungnya.

Berumah tangga tak se simple main rumah-rumahan saat masih tk dulu. Karena di dalamnya ada ibadah seumur hidup. Mengelola ketidak samaan antara aku dan biia adalah tantangan juga anugerah. Karena disinilah kita sama-sama belajar untuk saling dewasa. Semakin bijak, dan tidak begitu saja menjalani hidup.

Tentu saja, romansa ini abadi, dan akan kekal dengan bimbingan Nya. Berada selalu di jalan Nya. Maka Allah kan berikan Sakinah. Ketenangan saat membersamai dan menjalankan tugas masing-masing.

Wahai, belahan jiwa.. .
Teruslah bersabar menjaga,
Hingga kaki kita melangkah ke surga... .

Komentar

Postingan Populer