HAKIKAT
Allahuakbar . . .
4 bulan berjalan menjalankan bisnis dengan brand Rema Remah, seolah dibukakan jalan satu persatu oleh Allah, dari ilmu, kesempatan belajar bahkan hingga Allah berikan modal dengan banyak perantara. MasyaAllah, jika kita gantungkan bulat bulat keyakinan pada Allah maka tidak ada yang luput sedikitpun.
Kami memulai bisnis ini awalnya berbekal keyakinan bahwa menjadi pengusaha adalah profesi yang Rasulullah pernah jalankan. Tepat setelah Ramadhan berakhhir, aku pun memutuskan resign dari pekerjaan, kenapa?
Bukan karena gaji, atau suasana kantor, semua baik, kondusif dan gajinya bahkan lebih besar dari gaji suami. Hanya saja aku merasa lebih nyaman dan akan lebih terjaga jika tidak kerja ikut orang, apalagi bertemu dengan teman teman sekantor yang kebanyakan laki laki. Alhamdulillah keinginan yang sudah membulat ini pun dapat terealisasikan. Aku resign dari pekerjaan. Namun sebelumnya, aku dan suami sudah punya pandangan untuk ikut jualan pada suatu event Bazar yang sangat besar, MTQMN di UB waktu itu. 3 bulan sebelum event itu dimana aku masih bekerja, kami memberanikan diri untuk daftar meskipun belum punya ide jualan apa.
Waktu silahturahim ke saudara di Gresik, waktu itu ada yang menanyakan tentang keripik singkong yang pernah kami bawa. Keripik singkong buatan emak (panggilan untuk nenekku). Tiba tiba saja keripik singkong itu menjadi ide kami untuk kemudian diolah menjadi camilan yang lebih kekinian dengan menambahkan balutan lelehan coklat.
Kami pun memulai dengan membuat nama brand rema remah, Rema sebenanrnya dari kata ARema, sedangkan kata remah remah sendiri menunjukan camilan kecil, camilan ringan yang asli dari arek Malang. Begitulah nama Rema Remah menjadi brand kami. Kami uji publik produk kami dengan membuat 10 tabung waktu itu, dengan harga lima ribuan kami jual dan langsung habis. Kami coba tanyakan beberapa orang terkait rasa produk kami, dan mendapat banyak sambutan baik. Kami mendapat banyak orderan dari luar kota Malang, hingga ada yang ingin membeli produk kami dari Afrika, namun kami tidak berani nekat karena belum memiliki ijin export.
Sambil pelan pelan belajar, kami menyadari bahwa bisnis itu harus memiliki ilmunya, bukan sekedar jualan atau pengalaman berjualan yang sudah banyak namun ilmu manajemen bahkan planning bisnis itu sendiri haruslah dipelajari dengan baik. Sehingga kami pun mencari ke pelatihan pelatihan, seminar seminar bisnis, hingga Alhamdulillah kami dituntun untuk bisa mengikuti event yang diadakan Sukses Berkah Community, hingga kami bisa mendapatkan program One year coaching dibawah naungan Coach Ridwan Abadi, setelah melewati berbagai tahapan seleksi.
Saat event itu, pikiran kami menjadi lebih luas dan terbuka. Karena kami masih start up, ilmu bisnis ini sangat kami butuhkan sejak dini merintis usaha. Ada satu pernyataan yang menarik, bahwa HARTA itu BISA dibawa MATI.
kok bisa? kan kain kafan gak ada kantongnya.
Bisa, ketika harta digunakan sebagai amal jihad harta, sedekah, wakaf dan dakwah yang juga tentu membutuhkan harta. Maka harta bisa dibawa mati, jika digunakan di jalan Allah. Muslim harus Kaya mengambil peran utama ekonomi ummat untuk kemaslahatan ummat.
Success is capacity
Seberapa besar yang bisa kita dapatkan bergantung pada sebesar apa kapasitas kita. Ya, kami percaya itu bahwa memang jika kita ingin mendapat capaian yang besar, maka pertanyaannya apakah kita sudah pantas mendapatkannya. Maka belajar dan berbagi adalah kegiatan utama sebelum bisnis ini ditekuni.
Karena kami percaya bahwa ini adalah ladang amal yang bisa jadi pahala juga bisa jadi dosa jika tidak dijalankan sesuai syariat. Sehingga berbisnis tidak hanya sekedar modal uang, melainkan ilmu yang menjadi modal utama. Karena berbisnis bukan sekedar untuk makan.
Karena kami percaya bahwa ini adalah ladang amal yang bisa jadi pahala juga bisa jadi dosa jika tidak dijalankan sesuai syariat. Sehingga berbisnis tidak hanya sekedar modal uang, melainkan ilmu yang menjadi modal utama. Karena berbisnis bukan sekedar untuk makan.
Hujan malam ini, 28 November 2017
Komentar
Posting Komentar