Diskusi Permasalahan Gender KPIS bersama Women Crisis Center Malang
Malang - Sore tadi (Kamis, 9 Maret 2017) Komunitas Perempuan Indonesia Sehat mengadakan silaturahim dan diskusi dengan tokoh perempuan Sri Wahyu, S.H. M.Pd. yang merupakan direktur Women Crisis Center Malang.
Pertemuan yang dilaksanakan di markas WCC jalan Jombang ini merupakan pertemuan pertama KPIS dengan WCC.
Selain momentum International Women's Day, pertemuan ini bertujuan untuk menjalin kerjasama gerakan perempuan di Kota Malang.
Sambutan sangat baik dari pihak WCC kepada KPIS, karena memang WCc adalah salah satu pegiat advokasi perempuan yang ada di Kota Malang.
Diskusi dan Silaturahim tersebut membahas beberapa masalah perempuan di Kota Malang terutama terkait dengan Gender Base Violence, Kasus kekerasan yang rentan terjadi pada perempuan. Dan juga memahami sudut pandang tentang gender itu sendiri.
"Perempuan harus memahami gender, dan bias yang terjadi. Agar dapat memperjuangkan pengarusutamaan gender. Karena konstruksi sosial di masyarakat membuat ketidakadilan secara gender. Dan belum banyak masyarakat yang memahami permasalahan ini."
Jelas direktur Women Crisis Center Malang.
Pertemuan ini akan diagendakan kembali, mengingat WCC sebagai pegiat gerakan perempuan yang berdiri sejak tahun 2005, telah banyak menyelesaikan dan mengadvokasi permasalahan perempuan.
"KPIS sebagai komunitas yang bergerak juga dibidang perempuan ingin mengambil banyak sekali pengalaman serta pemahaman dari senior gerakan perempuan melalui Women Crisis Center Malang. Untuk itulah agenda diskusi seperti ini akan diagendakan kembali di lain waktu." jelas Shabrina dari Komunitas Perempuan Indonesia Sehat Malang.
Sebuah perbedaan melekat antara laki-laki dan perempuan tidak lantas menjadikan adanya jurang pemisah yang membuat keduanya menjadi tidak Adil satu sama lain.
"Sex dan gender. Kodrat dan pandangan masyarakat yang melekat. Laki-laki dan perempuan, memiliki perbedaan. Fisik, psikologis, maupun cara berpikir. Dalam sebuah relationship, terjadi hubungan yg saling membutuhkan dan saling melengkapi antara mereka. Namun, kenyataanya karena suatu stempel yg telah melekat di masyarakat, hak2 mereka terabaikan, bahkan tercerabut dari diri mereka sendiri.
Stop tidak peduli, mulai lah gerakan diri untuk tahu bagaimana sex education. For boys or girls. For a better future of us." terang Laras mahasiswa UM. (mlg/adm)
Komentar
Posting Komentar