Dari PNS menjadi PNS
(Catatan Pribadi saat Berjumpa Ustad Fahdlan Garamatan)
Oleh : Ali Akbar bin Muhammad bin Aqil
"Dari PNS menjadi "PNS" (Pegawai Nabi Shallahu alaihi wa sallam)." Itulah kalimat yang meluncur dari bibir Ustad Fadhlan Garamatan mengawali sambutan dalam pertemuan bersama MIUMI Malang Raya, Selasa malam (25/08), di kediaman Prof. Dr. Mohammad Amin. Setelah memutuskan pensiun dini sebagai PNS, ia mengambil langkah dakwah sebagai jalan hidup yang mengantarkannya beberapa kali ke Hotel Prodeo.
Pahit getir dan asam garam dalam berdakwah, sudah ia rasakan. Tidak hanya sekali namun tak terhitung. Setidaknya ia sudah pernah tinggal di balik pengap jeruji sebanyak tiga kali. Masing-masing selama 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan. Semua itu tidak membuatnya berhenti, pupus harapan, putus asa, lalu mandeg untuk terus menyuarakan suara kebenaran Islam. Semakin ditekan ia semakin bersemangat ambil bagian dalam mendakwahkan ajaran Islam.
"Berdakwah itu jalan yang sangat nikmat," ujarnya mantap. Ia sangat menikmati tiap episode perjalanan dakwahnya. Di tahun 80-an ia berhasil berdakwah kepada satu keluarga pendeta yang sebelumnya pernah memintanya untuk keluar dari daerah tempat tinggalnya karena dipandang mengusik ketenteraman masyarakat. Bukan sembarang pendeta. Pendeta yang satu ini merupakan tokoh penting dalam misi kristus di Bumi Cenderawasih. Hasilnya, pendeta beserta keluarganya mendapat hidayah lewat dakwahnya.
Ia pernah berdakwah di sebuah desa di Wamena. Tahukah Anda, apa yang pertama ia ajarkan kepada penduduk? Cara mandi. Cara mandi? Ya, para penduduk dari sebuah suku itu benar-benar buta soal yang satu ini. Sebelum mereka masuk Islam, mereka tidak pernah mandi. Anehnya, mereka dijejali doktrin cinta kasih namun mereka tidak diajari cara mengasihi diri sendiri. Kalau pun mereka mandi, mereka mandi dengan lemak babi. Jangan ditanya seperti apa baunya.
Lalu, ada pemandangan lain yang memilukan. Di sana, para wanita yang melahirkan lalu menyususi dengan buah dada yang sebelah kiri. Apa pasalnya? Buah dada sebelah kanan dibuat menyusui anak Babi! Sebagai orang asli Papua, Fahdlan sangat terpukul melihat keadaan yang seperti itu. Ia merasa sedih menyaksikan saudara-saudarannya setanah air sangat jauh dari alur kehidupan manusia yang mulia dan bersih. Maka ajaran tentang mandi adalah ajaran pertama yang ia sampaikan. Ia dan beberapa orang kawannya terbang ke Wamena dengan membawa sabun, shampo, dan pasta gigi. Masing-masing 7 karton.
Ternyata, mereka menyambut dengan antusias. Lucunya, saat mandi lalu memakai sabun dan shampo, mereka enggan membilas sabun dan shamponya. Mereka beralasan baunya semerbak harum. Sayang untuk dihilangkan. Mereka belum pernah mencium bau harum dari tubuh mereka sendiri. Apa boleh buat. Mereka bersikeras untuk tetap tidak membilas.
Takdir Allah, ketika mereka pergi ke ladang dan sawah, hujan turun. Otomatis busa sabun dan shampo yang masih melekat itu menjadi luntur oleh guyuran hujan. Mereka semakin senang karena bau harumnya semakin tercium. Begitu senangnya dan nikmatnya usai mandi memakai sabun dan shampo, seorang kepala suku sampai tidur sejak pukul 3 sore waktu setempat hingga pukul 9 pagi keesokan hari.
Kemudian, tiba saatnya mereka memutuskan memeluk agama Islam, agama cinta kasih yang sesungguhnya, agama yang mengajarkan kebersihan sekaligus kesucian lahir maupun batin. Kisahnya, suatu hari ketika ia tengah melatih mandi untuk kesekian kalinya, ia dan kawan-kawannya berhenti sejenak untuk menunaikan salat zuhur. Ia salat berjamaah di sebuah panggung yang dibangun olehnya sebagai tempat istirahat dan salat.
Tak diduga, para anggota suku yang berjumlah tiga ribu lebih itu berjalan mengelilingi panggung layaknya para jamaah haji yang tengah menunaikan thawaf. Mereka berkeliling karena merasa heran dengan apa yang mereka saksikan. Usai salat, ketua suku loncat ke panggung lalu bertanya, "Anak, apa yang baru saja anak lakukan? Anak berdiri sambil komat-kamit mulutnya?"
Ustad Fahdlan menjelaskan sesuai tingkat daya pikir mereka. Penjelasannya menggunakan logika orang awam. Kata Ustad Fadhlan, ia baru saja meminta kepada Tuhan Allah agar terhindar dari api neraka, ia rukuk untuk melihat betapa besar cipataan Tuhan Allah yang terdiri dari tanah yang terhampar luas, kebun-kebun, ladang, dan gunung-gunung yang besar. "Saya tengah melihat keagungan dan kebesaran Tuhan Allah. Lalu saya sujud untuk meminta keselamatan di alam kubur ketika kelak kepala saya dibaringkan di tanah. Lalu saya salam menoleh ke kanan dan ke kiri, untuk melihat apakah sudah ada di antara saudara-saudaraku yang sudah mengetahui cara mandi yang baik dan benar."
Usai mendapat penjelasan seperti itu, kepada suku bersama tetua yang lain berkumpul. Mereka berembug dan bermusyawarah. Tidak lama berselang, kepala suku bersuara lantang dengan bahasa daerah yang tidak dimengerti oleh Ustad Fahdlan (Di Papua terdapat sekitar 300 bahasa daerah yang satu sama lain berbeda).
Ustad Fadhlan yang tidak mengerti apa yang diucapkan, mencoba bertanya dan ia mendapat jawaban, bahwa kepala Suku bersama tetua sungguh sangat merasa gembira dengan apa yang disampaikan dan diajarkan oleh Ustad Fadhlan selama ini. Dan mereka akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Ustad Fadhlan menangis haru. Allah beri hidayah kepada 3000 jiwa untuk masuk Islam.
Itulah beberapa pengalaman hidup yang menjadi catatan saya pribadi ini. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan manfaat darinya.
Beberapa poin penting yang perlu kita garisbawahi adalah, pertama, dakwah adalah jalan Nabi Muhammad SAW dan para Nabi serta Rasul utusan Allah. Setiap orang yang mencintai Nabi, ia harus berdakwah di mana saja ia berada.
Kedua, jangan lemah dan merasa kalah karena tentangan, tantangan, dan aral yang melintang kala menjalankan dakwah. ingat, tiap tetes keringat, otot saraf yang kita gunakan memikirkan dakwah, tiap rupiah yang kita keluarkan, dan tiap waktu yang habis untuk berdakwah, akan bernilai tambah dan pahala dari Allah SWT. Allah pasti menolong kita jika kita 'menolong' Allah.
Ketiga, hidayah ada dalam kekuasaan Allah. Hidayah adalah hak preogratif Allah. Tugas kita adalah menyampaikan dan menyiarkan agama Islam tanpa paksaan, peluru dan senjata. Kita berdakwah dengan hikmah, kebijakan yang bijaksana, namun tidak mengurangi bobot ketegasan dalam menyikapi masalah perbedaan akidah dan iman.
Ayo berdakwah. Para guru, Dosen, Ustad, Gus, Kyai, Habib, Ayah-Ibu, para pemuda, para remaja, setiap yang mengaku pecinta Nabi Muhammad Shallahu alaihi wa sallam, Ayo kerja mendakwahkan kemuliaan dan keagungan Islam. Jadilah "PNS." Tapi, Jangan Lupa Mandi Ya....
Komentar
Posting Komentar