BOLEHKAH BERTEMAN DENGAN ORANG KAFIR?
Jadi
pertanyaan besar dibenak kita ketika kezoliman Israel kembali berkecamuk di
Palestina, sebenarnya Yahudi yang mana yang sedang kita kecam?
Dan
diluar masalah Palestina, bolehkah kita berteman dengan orang-orang kafir?
Disampaikan
pada Firman Allah SWT:
لاَيَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكٰفِرِينَ اَوْلَيَآءَ مِن
دُونِ الْمُؤْمِنِينَۚ وَمَن يَفْعَلْ ذٰلِكَ فَلَيْسَ مِنَ اللّٰهِ فِى شَيْءٍ إِلاَّ
أَن تَتَّقُوا مِنهُمْ تُقٰةًۚ وَيُحَذِّرُكُمُ اللّٰهُ نَفْسَهٗ وَإِلَى اللّٰهِ
الْمَصِيرُ آل عمران ٢٨
“Janganlah
orang-orang mu’min mengambil orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mu’min. Barangsiapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari
pertolongan Allah, kecuali karena ( siasat) memelihara diri dari sesuatu yang
ditakuti dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri ( siksa)Nya.
Dan hanya kepada Allah kembali(mu).” (Qs: Ali Imran; ayat; 28).
Kupasan
Kata-kata
“Auliyah”
bentuk jama’ dari ” Wali.” Menurut bahasa berarti: “Pelindung” Penolong”.
Raghib
Asfahani berkata: setiap orang yang mengurus persoalan orang lain, maka orang
tersebut adalah, ‘wali’ dari orang lain itu. Makna ini terdapat pada firman
Allah SWT:
اللّٰهُ وَلِىُّ الَّذِينَ ءَامَنُو١ البقرة ٢٥٧
(
Allah Pengurus bagi orang-orang yang beriman…..) Al Baqarah; 257) ( lihat
Al-Mufradat oleh Raghib Asfahani, hal; 533).
”
Tiqaah” semakna dengan, “Taqiyyah” yakni ‘ menggunakan siasat terhadap
seseorang karena takut akan kejahatan orang itu.” Ibnu Abbas RA berkata: “Al
Taqiyyah” ialah sikap lahir yang digunakan sebagai siasat, yaitu ada kalanya
seseorang bersama-sama di antara orang-orang kafir, atau berada di
tengah-tengah mereka, maka ia berpura-pura senang dengan mereka dengan
lisannyya, akan tetapi dalam hatinya ia sedikit pun tidak menaruh kecintaan
pada mereka. ( lihat tafsier Al-Bahrul-Muhith, jilid II hal; 432).
Al-Qurthubi
berkata; kata ” Tuqaah” asalnya ” Wuqayah.” Senada dengan kata; “Tu’adah” (
Ketenangan dalam berfikir dan bertindak).
Adapun
makna:
إِلاَّ أَن تَتَّقُوا مِنهُمْ تُقٰةً
“Kecuali
bila ada sesuatu pada mereka yang kamu takuti, maka tak mengapa melahirkan
keakraban dengan mereka dengan lisan untuk memelihara diri dan sebagai siasat
untuk menolak kedurjanaan dan gangguan mereka, tanpa keyakinan di dalam hati.
وَإِلَى اللّٰهِ الْمَصِيرُ
“Artinya:
dan kepada Allah-lah tempat kamu kembali dan pulang, kemudian Dia akan membalas
segala amal perbuatanmu.
Sebab
Turunnya Ayat
1.
Ayat ini turun sehubungan dengan masalah segolongan dari kaum mukminin, yang
mempunyai kawan-kawan orang Yahudi dan yang mereka jadikan teman-teman akrab.
Beberapa sahabat menegur mereka: “Jauhilah orang-orang Yahudi itu, dan
berhati-hatilah berkawan dengan mereka, supaya mereka tidak dapat
mengintimidasi kalian terhadap agama kalian, dan menyesatkan kalian setelah
kalian beriman.” Akan tetapi mereka menolak menerima baik nasihat tersebut dan
mereka tetap dalam keakraban mereka dengan orang-orang Yahudi itu,. Maka
turunlah ayat ini. ( lihat tafsier Ath-Thabari, jilid III hal; 223).
2.
Al-Qurthubi meriwayatkan dalam Tafsiernya dari Ibnu Abbas RA, bahwasanya ayat
tersebut turun sehubungan dengan masalah Ubadah bin Shamit dari golongan Anshor
yangg menghadiri perang Badr. Ia mempunyai sekutu-sekutu dari orang-orang
Yahudi. Ketika Nabi SAW keluar untuk berjuang dalam perang Azhab, Ubadah
berkata kepada Nabi SAW : “Ya Nabi Allah, saya mempunyyai lima ratus orang
sekutu dari orang-orang Yahudi. Saya berpendapat agar mereka keluar bersama
saya untuk menggunakan mereka sebagai kekuatan menghadapi musuh.” Lalu Allah
SWT menurunkan ayat tersebut.
Ayat-Ayat
yang Menunjukkan Kepada Diharamkan Berteman Akrab Dengan Orang-Orang Kafir
Semakna
dengan apa yang kami sebutkan di atas, yaitu di haramkannya berkawan akrab
dengan orang-orang kafir, banyak ayat telah turun perihal tersebut, yang di
antaranya khusus mengenai masalah hubungan dengan orang-orang ahli Kitab dan
yang lain berhubungan secara umum dengan kaum musyrikin.
Di
sini kami mambatasi diri dengan menyebutkan sebagian saja dari ayat-ayat yang
bersangkutan:
1.
Firman Allah SWT di dalam surah Al-Maidah, ( 5) ayat; 51.
يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ
وَالنَّصٰرٰىٓ أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءَ بَعْضٍ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan
Nashrani menjadi wali-wali.” ( teman akrab, seperti pemimpin, penolong atau
pelindung). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain……”
2.
Firman Allah SWT di dalam surah Al-Mumtahinah, (60) ayat; 1.
يَٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَتَتَّخِذُوا عَدُوِّيْ
وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَآءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi
teman-teman setia yang kamu sampaikan hal-hal kepadanya, karena rasa kasih
sayang….”
3.
Firman Allah SWT di dalam surah Al-Maidah, ( 5), ayat; 57.
يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الَّذِينَ
اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِّنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتٰبَ مِن
قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَآءَ وَاتَّقُوا اللّٰهَ إِن كُنتُمْ
مُؤْمِنِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yang membuat
agamamu jadi buah ejekan dan permainan, jadi pemimpinmu ( teman setiamu) yaitu
di antara orang-orang yang diberi Kitab sebelummu dan orang-orang yang kafir (
orang-orang musyrik). Dan bertaqwalah kepada Allah, jika kamu betul-betul
orang-orang yang beriman.”
4.
Firman Allah SWT di dalam surah Ali ‘Imran (3), ayat 118.
يٰأَيُّهَاالَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِّن
دُونِكُمْ لاَ يَأْلُو نَكُمْ خَبَالاً
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil jadi teman kepercayaanmu
orang-orang yang di luar kalanganmu, karena mereka tidak henti-hentinya
menimbulkan kemudharatan bagimu…..”
5.
Firman Allah SWT di dalam surah Al-Mujadalah (58) ayat; 22.
لاَتَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ
اْلأٰخِرِ يُوَآ دُّوْنَ مَن حَآ دَّ اللّٰهَ وَرَسُولَهٗ
“Tidaklah
kamu akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari Akhirat
saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya….”
Ikhtisar
Kandungan Ayat
Allah
SWT melarang hamba-hambaNya yang beriman untuk berteman dan berkawan dengan
orang-orang kafir, atau mendekati mereka secara akrab dengan rasa kasih dan
cinta, atau berkawan dengan mereka karena hubungan kekerabatan atau karena
kenal, sebab tidaklah patut bagi orang-orang beriman berkasih sayang dengan
musuh-musuh Allah, karena tidak dapat masuk pada akal akan adanya orang yang
mempersatukan dalam hatinya kecintaan kepada Allah dan kecintaan kepada
musuh-musuh-Nya, karena hal itu berarti mempersatukan dua hal yang saling
bertentangan.
Ibnul
Arabi berkata bahwa Umar Ibnu Khaththab RA melarang Abu Musa Al-Asy’ari
mempekerjakan seorang ahli Kitab, yang oleh Abu Musa dipakainya sebagai penulis
( sekretaris) di Yaman. Umar memerintahkan Abu Musa agar ia memberhentikan
pegawainya itu.( lihat tafsier ayat-ayat hukum oleh, Ali Ash-Shabuni, jilid I
hal: 693-705).
Jadi
orang muslim tidak diperkenankan berkasih sayang dengan selain orang-orang yang
beriman, lalu ia mengambil orang-orang kafir, yang menanti-nanti marabahaya
menimpa kaum mukminin, menjadi teman akrab, bersahabat dengan mereka dan
menunjukkan rasa kasih sayang kepada mereka, atau meminta pertolongan kepada
mereka, dengan meninggalkan saudara-saudaranya yang beriman, di antara iman dan
kufur tidak ada relasi dan hubungan. Maka ayat-ayat tersebut memperingatkan
kaum mukminin dari mengambil orang-orang kafir menjadi kawan akrab, kawan
perjuangan.
Selanjutnya
ayat-ayat tersebut menutup keterangannya dengan peringatan keras yang
menunjukkan akan besarnya dosa atas orang yang menentang perintah-perintah
Allah dan berteman akrab dengan musuh-musuh-Nya.”
(Bahan-bahan:
tafsier Ibnu Katsier, tafsier ayat-ayat hukum oleh Ali Shabuni, tafsier
Ath-Thabari, dan tafsier, Al-Qurthubi).
Dikutip
dari http://assalafy2.wordpress.com/
-semoga bermanfaat-
Komentar
Posting Komentar