MUHAMMADIYAH DAN PERGAULAN DUNIA INTERNATIONAL

 

AKSI Bela Palestina 2023


Diintisarikan oleh: Amelia Dwi Marthasari, S.AP - NIM. 202310280211022

        Muhammadiyah merupakan  organisasi yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H, bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M, sebagai organisasi sosial  keagamaan terbesar di Indonesia dan dunia Islam, dan menjadi gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar, baik di bidang keagamaan, pendidikan, kesehatan, dan sosial menuju kepada terciptanya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Dalam dunia international Muhammadiyah jugak telah aktif menyampaikan gagasan dan berkontribusi dalam pemikiran keummatan. Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, memaparkan program Muhammadiyah dalam mengaktualisasi paham wasathiyah Islam berkemajuan di tingkat global. Hal tersebut disampaikan dalam Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah ke-48 yang dilaksanakan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada Senin (30/05/2022).

        Dalam seminar yang bertajuk “Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah” tersebut Haedar menyampaikan bahwa Muhammadiyah melalui Islam berkemajuan perlu hadir kembali untuk memperkuat peran revitalisasi dan transformasi Islam berkemajuan di tingkat global. Tema ini, menurut Haedar merupakan satu bentuk ikhtiar Muhammadiyah dalam rangka memfiltrasi pelbagai masukan yang strategi dalam jangka panjang, terutama Muktamar Muhammadiyah dan 'Aisyiyah mengenai langkah-langkah Muhammadiyah dalam mewujudkan program internasionalisasi Muhammadiyah.

        Berikut enam poin yang perlu dilakukan Muhammadiyah dalam memperkuat dan mengaktualisasikan internasionalisasi gerakan Muhammadiyah. Pertama, revitalisasi PCIM dan PCIA sebagai sebuah jaringan baru yang selain semakin intensif hadir di setiap negara tetapi juga membangun jaringan luas agar berperan di ranah global secara proaktif. Hingga saat ini Haedar menyebut Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan terdapat 'Aisyiyah (PCIA) yang telah tersebar di beberapa negara. Terdapat 27 PCIM dan beberapa di antaranya telah memperoleh pengakuan badan hukum dari otoritas negara setempat yakni di Australia, Malaysia, Jerman Raya, dan Amerika Serikat.

    Kedua, program kontinuitas forum-forum dunia untuk agama dan perdamaian. Melalui forum-forum dunia untuk agama dan perdamaian ini Haedar berharap akan semakin memperkuat peran agama dan perdamaian dalam konteks dunia untuk mencari ruang baru yang lebih efektif sehingga suara agama dan perdamaian tidak hanya sekedar mendeklarasikan-deklarasi semata, tetapi bisa mempengaruhi kehidupan dunia yang disebutnya saat ini tengah berada dalam kondisi yang penuh konflik.

    Ketiga, Interkoneksi kerja sama pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan kemanusiaan yang selama ini sudah dilakukan oleh Muhammadiyah. “Kita sudah membuka sekolah untuk alternatif bagi para pengungsi sekaligus juga saudara-saudara kita di Rohingnya dengan sekolah Indonesia, lalu di Beirut kita membuka madrasah Muhammadiyah, juga tempat-tempat lain di mana kita perlu hadir. Saya pikir ini merupakan langkah yang cukup menantang bagi hubungan luar negeri melalui berbagai jaringan dan majelis kita untuk kerja sama pendidikan, kesehatan, kebencanaan, dan kemanusiaan,” katanya.

        Keempat, diaspora kader MU. Kader Muhammadiyah yang diharapkan oleh Haedar dapat berperan besar di negara tempat mereka berada saat ini, menjadi kader sekaligus aktor yang berpotensi untuk dapat berperan sesuai dengan bidang dan kepentingan Muhammadiyah di ranah global. Kelima,publikasi internasional. Adalah suatu keharusan untuk melakukan penerjemahan buku-buku dan pemikiran-pemikiran Muhammadiyah yang dilakukan secara masif. Selain itu, kehadiran perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah sangat penting dan diharapkan.

    Keenam, membangun pusat keunggulan. Penting untuk membangun dan mengembangkan pusat-pusat keunggulan Muhammadiyah sebagai fase baru dan program baru untuk internasionalisasi gerakan Muhammadiyah yang konkret dan nyata. Pusat keunggulan ini juga untuk memberi dampak kehadiran Muhammadiyah ke dunia internasional.

Selain keenam hal tersebut, Muhammadiyah sudah aktif melakukan soft diplomacy yang telah di jalankan pada saat Ketua Muhammadiyah Din Samsudin. Berikut catatan foft diplomacy yang dilancarkan Din Samsudin saat berkunjung ke berbagai belahan dunia dalam rangka mendorong dialog antaragama dan membangun aliansi strategi antar- peradaban:

1. Aliansi Strategis Rusia-Dunia Islam, Rusia, 27-28 Maret 2006

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin mengunjungi Rusia dalam rangka mengikuti pertemuan Aliansi Strategsi Rusia-Dunia Islam. Rusia dan Dunia Islam merancang pembentukan aliansi Strategis melalui dua pertemuan di Moskow pada tanggal 27-28 Maret 2006 yang dihadiri delegasi dari 15 negara termasuk Indonesia serta sejumlah tokoh Rusia. Beberapa tokoh negara-negara Islam yang hadir anatara lain dari Mesir, Pakistan, Iran, Aljazair, Bangladesh, Kuwait, Jordan, Uni Emirat Arab, Tunisia, Yaman, Usbekistan, Tajikstan, Kazakhstan, Kirgistan, dan Indonesia. Pertemuan dua hari itu melahirkan komunike bersamayang anatar lain menegaskan komitmen mengembangkan dialog dan kerja sama untuk mengatasi kerusuhan dunia, ikut menyelesaikan berbagai konflik dunia dengan cara damai bukan perang. Selain itu, siding juga mendeklarasikan pembentukan sebuah Aliansi Peradaban (Alliance of Civilizations) dan mengusulkan kepada PBB untuk membentuk Dewan Peradaban (Council of Civilizations).

2. World Conference on Religion for Peace (WCRP), Jepang, pada tanggal 25-29 Agustus 2006

Dalam kunjungannya ke Jepang, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Din Syamsuddin terpilih sebagai Ketua Kehormatan (Honorary President) Konferensi Dunia Agama untuk Perdamaian (World Conference on Religion for Peace/WCRP) dalam sidang ke-8 organisasi tersebut berlangsung di Kyoto, Jepang. Konferensi itu dihadiri sekitar 600 tokoh dari 20 agama yang mewakili 100 negara. WCRP merupakan organisasi lintas agama dan berpusat di Markas PBB di New York, menghimpun tokoh- tokoh agama dari seluruh dunia.

3. Asian Conference of Religion for Peace (ACRP), Filipina, 17-20 Oktober 2008.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof. Dr. Din Syamsuddin, mengunjungi Manila, Filipina untuk menghadiri Assembly ketujuh Asian Conference of Religion for Peace. Dalam kesempatan itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah menerima kehormatan terpilih menjadi Presiden ACRP. Pertemuan itu menghasilkan deklarasi, ACRP bertekat untuk mendorong terciptanya perdamaian termasuk menanggulangi berbagai konflik yang masih berlangsung di beberapa bagian Asia seperti di Srilanka,    Thailand,    Filipina,    dan Semenanjung Korea.

4. Kemerdekaan bagi Kosovo, Prishtina, Kosovo, tanggal 15-17 Mei 2012.

Dalam pertemuannya antara Din Syamsuddin sebagai Ketua Umum PP  Muhammadiyah dengan Presiden   Kosovo, Atifa Yahya di Kantor Kepresidenan di Prishtina, adalah  bahwa Persyarikatan ingin menjalin  kerja sama dengan rakyat Kosovo      dengan memberikan beasiswa bagi  mahasiswa Kosovo yang ingin kuliah di Universitas-universitas Muhammadiyah.

5. Pertemuan Tokoh Muslim-Kristen, Nigeria, Tanggal 23 Mei 2012.

Ketua Umum PP    Muhammadiyah menghadiri pertemuan    tokoh-tokoh Muslim dan Kristen di Nigeria sebagai perwakilan Muslim dari Asia untuk membahas perdamaian antara beberapa provinsi di negara  tersebut.

6. Summit of Religions Leaders, Tpkyo, Jepang, Tanggal 3 Agustus 2012.

Dalam pertemuan antara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan Perdana Menteri Jepang di Tokyo, membicarakan peningkatan kerja sama Indonesia-Jepang, termasuk kerja sama antara Muhammadiyah dan Pemerintah Jepang dalam berbagai bidang.

7. Strethening the Roles of Religious Leaders in Mediation and Conflict Resolution, Helsinki, tanggal 16 Januari 2013.

Dalam pertemuan antara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan Wakil Menteri Luar Negeri Kosovo, bahwa Muhammadiyah mendukung  atas kemerdekaan Kosovo. Dan Muhammadiyah berpandangan,   pengakuan    Kosovo    sangat    sejalan     dengan amanat pembukaan UUD 1945 yang mendorong kemerdekaan dan perbamaian abadi di dunia.

8. World Jewish Congress, Budapest, Hungaria, tanggal 5-7 Mei 2013.

Dalam pertemuan itu Ketua Umum PP Muhammadiyah, menyampaikan pandangannya dihadapan tokoh Yahudi sedunia tentang kebebasan beragama dan perlunya hidup berdampingan secara damai dalam prinsip “bagimu agamu, bagiku agamaku”.

9. Interfaith Conference, Peja, Kosovo, tanggal 25-26 Mei 2013.

Dalam pertemuan itu Ketua Umum PP Muhammadiyah menekankan pentingnya berbagi ruang dalam kemajemukan pada era globalisasi dewasa ini. Keengganan berbagi hanya menunjukkan sikap egoism, eksklusivisme, dan  kecenderungan akan monopoli dan dominasi.

10. Konferensi Pemikiran Islam, Amman, Jordan, tanggal 19-21 Agustus 2013.

Dalam pertemuan itu Ketua Umum PP Muhammadiyah  menyerukan pentingnya respons dan self-ajustment Negara-negara Islam terhadap arus demokrasi yang melanda dunia. Lebih jauh disampaikan, Negara Islam masa depan perlu menjadi Negara berkemajuan dan berunggulan.

11. Courage to Hope, Vatikan, tanggal 30 September 2013.

Dalam pertemuan antara Ketua Umum PP Muhammadiyah dengan Paus Fransisco dengan dan beberapa tokoh lainnya di Vatikan, Italia, membicarakan tentang isu Courage to Hope (keberanian menuju harapan).

12. Assembly of World Council of Churshes, Busan, Korea, tanggal 5  November 2013.

Dalam pertemuan itu, Ketua   Umum PP Muhammadiyah menyampaikan pandangan, bahwa situasi dunia masih diliputi “ketiadaan damai’ (the absence of peace) seperti kemiskinan, kebodohan,  keterbelakangan, kesenjangan,  ketidakadilan, kekerasan, konflik, dan perang, maka agama-agama harus berperan sebagai problem solver. Oleh karena itu agama-agama perlu menampilkan misi profetiknya.

13. Catholic-Muslim Forum, Vatikan, tanggal 11-13 November 2014

Dalam pertemuan itu Ketua Umum PP Muhmmadiyah menyampaikan tentang perspektif teologis kerja sama antar umat beragama dan alasan-alasan sosiologis tentang perlunya kerja sama  dikembangkan dalam rangka mengatasi  kerusakan dunia yang bersifat   akumulatif, serta bentuk-bentuk kerja sama yang perlu dikembangkan dari sisi       kebudayaan.

14. General Assembly of Religion of Peace, Wina, Austria, tanggal 20-21 November 2013.

Dalam pertemuan itu Ketua Umum PP Muhammadiyah menyampaikan ajakan di hadapan 700 tokoh berbagai agama sedunia, bahwa konflik hendaknya bisa dijadikan sebagai energy persatuan dan kerja sama.

Selain pergerakan soft diplomacy diatas, ada konsistensi yang dilakukan Muhammadiyah dalam pembelaan pada kemerdekaan Palestina. Hidayat Nur Wahid dalam acara Kajian Integrasi Ilmu UMJ dengan tema 'Pandangan Muhammadiyah Dalam Menyikapi Isu Kemanusiaan dan Kemerdekaan Palestina' (26/10/2023) menyampaikan apresiasi akan konsistensi dari Muhammadiyah dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Disebutkan bahwa ada 2 tokoh senior Muhammadiyah yang sejak dari sebelum Indonesia merdeka,  selalu konsisten membela Palestina dan menolak penjajahan Israel. Yang pertama adalah KH. Abdul Kahar Muzakkir seorang kader Muhammadiyah yang pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia belajar di Kairo dan menjadi sahabat dari tokoh pejuang Arab Palestina yaitu asSayyid alAmin alHusaini, Mufti Palestina.

        Salah satu kiprahnya adalah, untuk merespon penjajahan Israel atas Palestina, pada tahun 1937 Kahar Muzakkir tokoh Muhammadiyah yang dipercaya membawa mandat dari 34 organisasi di Indonesia, menghadiri Konferensi Bloudan di Syria yang dengan tegas menyerukan pentingnya pembelaan Palestina agar tidak dijajah oleh Israel.

        Tokoh berikutnya adalah Bung Karno.  Presiden Pertama RI ini, yang dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah, menolak pengakuan Israel atas kemerdekaan Indonesia. Mengapa ditolak, ada dua alasan beliau. Pertama, Pembukaan UUD 1945 Alinea Pertama jelas menyebut dimana posisi Indonesia terhadap penjajah.

        Kedua, jika Bung Karno sampai menerima pengakuan Israel, maka Indonesia harus melakukan apa yang disebut sebagai Asas Resiprokal yaitu, asas timbal balik. Kalau Israel mengakui Indonesia maka Indonesia harus mengakui Israel. Bung Karno juga lebih memilih tidak mengundang Israel hadir dalam Konferensi Asia Afrika tapi malah mengundang tokoh mufti Palestina asSayyid al Amin alHusaini.

        Bahkan tahun 1962, bung Karno menegaskan, Selama kemerdekaan belum diberikan kepada Palestina, maka selama itu juga Israel masih menjajah, dan selama itu juga Indonesia tidak mempunyai hubungan dengan Israel. Sikap yang jelas dan tegas dari tokoh-tokoh Muhammadiyah ini sangat sesuai dengan ajaran Al-Qur'an dan ketentuan Konstitusi UUD '45, serta peran sejarah yang semestinya diambil oleh penerus Muhammadiyah. Dari pemaparan tersebut, posisi Muhammadiyah sangatlah jelas dalam konteks memberikan kontribusi dalam pergaulan dunia internasional, Muhammadiyah konsisten menjadi organisasi amal ma’ruf nahi munkar. 

Wallahu'alam bisshawwab.. .


Referensi:

Syamsuddin, Din, Muhammadiyah Untuk Semua, Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2014.

Nashir, Haedar, Muhammadiyah Abad  Kedua, Yogyakarta, Suara Muhammadiyah, 2011

Masmuh, Abdullah, Peran Muhammadiyah dalam Membangun Perdaban Dunia, 2020







Komentar

Postingan Populer